Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membuat kebijakan dengan menyalurkan dana Rp200 triliun ke lima bank himbara (Himpunan Bank Milik Negara). Dilansir dari BBC Indonesia, dana tersebut difungsikan sebagai penggerak ekonomi nasional serta menciptakan lapangan pekerjaan.

Perbankan dapat menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Dalam konteks properti, kebijakan ini erat kaitannya dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen).

Dengan tambahan dana Rp200 triliun dari pemerintah, posisi likuiditas bank menjadi jauh lebih longgar. Ketika likuiditas meningkat, bank memiliki ruang lebih besar untuk menurunkan bunga kredit agar masyarakat tertarik mengajukan pinjaman.

Baca Juga: Apa Dampak Tarif Trump Terhadap Investasi Properti di Indonesia?

Suku Bunga Bank Indonesia Turun

Hal ini juga diperkuat dengan penurunan suku bunga dari Bank Indonesia (BI). Dilansir dari situs resminya, BI menurunkan suku bunga atau BI-Rate menjadi 4,75% per September 2025, lebih rendah sebesar 25 bps satu bulan sebelumnya.

Penurunan suku bunga ini dapat menjadi pendorong konsumsi masyarakat dan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia. Apabila kebijakan moneter ini diikuti dengan penyesuaian Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), bunga pinjaman kredit berpotensi dapat menurun.

Artinya, masyarakat bisa menikmati bunga KPR lebih rendah. Lalu, bagaimana dampak ke investasi properti apabila kebijakan itu terjadi?

Baca Juga: IKN Pindah, Bagaimana Pengaruhnya Pada Pasar Properti Jakarta?

Dampak Suku Bunga Menurun ke Investasi Properti

Mengutip CNBC Indonesia, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) belum terlihat signifikan walaupun BI-Rate terus menurun, menurut dari data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Apabila terdapat kebijakan yang membuat suku bunga kredit menurun, akan menimbulkan dampak positif terhadap investasi properti. Beberapa di antaranya adalah:

1. Cicilan KPR Lebih Rendah

Pembeli rumah dengan KPR adalah salah satu pihak yang paling diuntungkan ketika suku bunga kredit menurun. Sebab, suku bunga KPR akan berkurang dan menyebabkan total cicilan pun akan lebih ringan. Masyarakat pun akan lebih mudah dalam membeli rumah dengan mengajukan KPR.

2. Daya Beli Properti Meningkat

Masih berkaitan dengan poin pertama, cicilan KPR yang ringan akan meningkatkan daya beli properti. Permintaan terhadap rumah, apartemen, maupun properti investasi lainnya pun meningkat, sehingga mendorong pertumbuhan sektor properti.

Investor makin yakin untuk investasi properti karena dirasa menjadi cara investasi yang aman dan menguntungkan. Begitu pula dengan pihak pengembang yang lebih percaya dapat menjual rumah atau jenis properti lainnya karena daya beli properti meningkat.

Baca Juga: Kisruh Tapera, Ini Definisi dan Pengaruhnya Pada Industri Properti

3. Minat Investasi Meningkat

Investor pun juga akan mempertimbangkan untuk menjadikan properti sebagai nilai investasi yang aman. Kondisi ini menjadi peluang untuk memperoleh capital gain yang lebih besar dari kenaikan harga properti di masa depan.

Itulah dampak terhadap investasi properti apabila penyaluran dana Rp200 triliun dan penurunan suku bunga BI berhasil mendorong turunnya suku bunga perbankan. Untuk saat ini, masyarakat disarankan untuk terus memantau perkembangan suku bunga dan kebijakan pemerintah sebelum mengambil keputusan investasi properti.

Jangan sampai ketinggalan untuk membaca berita properti terbaru hanya di A&A Indonesia. Percayakan juga untuk melakukan investasi properti dengan bantuan agen properti kami yang telah bersertifikat dan berpengalaman selama lebih dari 19 tahun.